Selasa, 22 Maret 2016

Suka Duka Menjadi Seorang Homeschooler

Aku adalah seseorang yang tidak duduk di bangku sekolah. Aku duduk di kursi, lantai, sofa, kasur.. Di mana aja deh. Di tempat yang bisa dipake buat belajar di sekitaran area rumah. Singkatnya sih, aku homeschooling.

Tentunya, sebagai seorang homeschooler, aku adalah minoritas di negeri ini. Banyak banget yang nanya soal homeschooling. Dan hampir semuanya pertanyaannya sama. Kalau udah ditanya, "Sekolah di mana?" aku tuh ingin lari, kabur, ubah topik pembicaraan, atau pura-pura sakit tenggorokan. Habisnya, pembicaraan akan menjadi sangaaaat panjang dan pastinya capek.

Orang lain kalau ditanya, "Sekolah di mana?", jawabannya bisa enak, "Di SMP ini", "Di SMA ini". Si penanya kebanyakkan bakalan menanggapi dengan "Ooh" atau nanya hal lain yang jawabannya enggak akan terlalu ribet, "Gimana sekolahnya?" ; "Di sana ikut ekskul apa?" ; dll. Lah, kalau aku, pasti jawaban terusannya, "Homeschooling itu kayak gimana?". Hmmh.. Kujawab di sini deh.

"Homeschooling itu kayak gimana?"
Hmm.. Yang aku tahu, homeschooling itu ada 3 tipe. Homeschooling tunggal, majemuk, dan komunitas. Homeschooling tunggal itu belajar sendiri di rumah. Entah sama ortu atau manggil tutor ke rumah. Homeschooling majemuk adalah kumpulan keluarga homeschooling yang belajar bersama. Kalau komunitas terdaftar di Diknas. Setiap homeschooler harus terdaftar di komunitas biar bisa UN nantinya. Komunitas juga mengadakan kegiatan pembelajaran. Jadi yang mau belajar dan ingin ada temennya, datang ke komunitas. Jadi mirip ke sekolah.

"Gurunya?"
Gurunya seperti yang tadi dibilang. Bisa orangtua, bisa manggil tutor, atau dateng ke komunitas. Kalau aku sih dulu waktu masih homeschooling tunggal di rumah, gurunya Papa. Aku biasanya baca buku sendiri, kalau enggak ngerti baru tanya Papa atau Mama. Hampir semuanya kayak gitu kecuali matematika. Tapi, begitu jadi anak SMP, nambah lagi pelajaran yang harus ditemenin. Fisika, kimia, sama matematika. Yang lain sih, masih bisa belajar sendiri. Apa lagi begitu ada pembelajaran online berbasis video, jadi lebih gampang. Tapi kalau enggak punya koneksi internet ya.. sama aja. Kembali baca buku.

"Pelajarannya?"
Pelajarannya sama kayak sekolah formal. Cuma kami lebih fokus belajar pelajaran yang buat UN. Kalau UN homeschooling ditambah 2 pelajaran. IPS sama PKn. Jadi kami belajarnya matematika, IPA, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, PKn, sama IPS. Belajarnya juga enak. Bisa kapan aja, bisa di mana aja. Kalau otaknya paling bagus dipake untuk belajar waktu malem, ya belajarnya boleh malem. Belajarnya juga sesuai kemampuan masing-masing. Kalau sehari bisa langsung satu bab dan langsung ujian juga bisa.


"Ujiannya gimana?"
Kalau ujian tertulis sih, bisa diadakan seperti di formal. Bisa juga enggak. Ujian harian, UTS, UAS, aku jarang ada sih. Paling pake ujian evaluasi di buku. Kemaren sih buat UAS, kami disuruh presentasi pelajaran yang paling kami kuasai menggunakan power point. Kemaren aku membawakan pelajaran Bahasa Indonesia bab Kesusastraan. Kalau soal UN, anak homeschooling juga UN-lah. Cuma UNnya pake Ujian Kesetaraan. Waktunya juga sama kayak sekolah formal. Bedanya, sekolah formal pagi, ujian kesetaraan siangnya karena gedungnya pake gedung sekolah formal. Homeschooling juga punya rapot dan ijazah kayak sekolah formal. Lulusan homeschooling juga bisa diterima di sekolah formal dan di universitas.

"Temen-temennya gimana?"
Gimana apanya? Heheh.. Kalau homeschooling enggak ada temen emang kesannya begitu sih. Aku juga waktu masih di sekolah formal ditawarin homeschooling enggak mau karena takut enggak ada temen. Tapi setelah homeschooling, ke komunitas, ada temen. Pas les juga ada temen di sana. Jadi, ya, ada temen. Semenjak menulis, ikut writing camp, jadi punya banyak temen di bidang kepenulisan dan dari seluruh Indonesia ada.
Mungkin dibandingin formal ya jauh lebih banyak teman di formal. Tapi, walau homeschooling temennya lebih dikit, temen-temen di sini berkualitas. Maksudnya, di sini suasana kekeluargaannya lebih kental. Kalau di formal saking banyaknya orang di sana, walaupun banyak juga enggak bakalan kenal semuanya. Di sini, karena temennya dikit (Setidaknya bisa mengurangi persen fake friend), jadi lebih deket dan seperti yang tadi, suasana kekeluargaannya jadi lebih kental. Jadi kayak saudara. Homeschooling temen-temennya juga unik-unik gitu. Memang di sini ada beberapa teman yang memiliki kekurangan di fisik atau mental. Tapi di sini kami belajar menerima teman-teman dengan kekurangan dengan senang hati. Karenakan, pada dasarnya semua orang punya kekurangan, lantas kenapa teman dengan kekurangan di fisik atau mental tidak bisa dapat perlakuan yang sama di pergaulan?

Ada juga dulu yang nanyanya agak sinis.
"Kamu homeschool gimana temennya? Kan jadi gak bisa sosialisasi"
"Menurut buku yang saya baca, sosialisasi itu adalah proses diterima di masyarakat. Dengan saya berbicara dengan anda sekarang di sini, saya sudah diterima. Berartikan sudah bersosialisasi. Tapi kalau maksudnya gak bisa bersosialisasi itu enggak ada temen, ada kok temennya. Di komunitas, tempat les, ada temen.."
Yah.. Kira-kira seperti itu jawabanku kalau dibilang "Gak bisa sosialisasi".

"Homeschooling itu seru gak sih?"
SERU LAH! Heheh.. Dibandingin sekolah formal, homeschooling belajarnya enggak banyak menyita banyak waktu. Jadi kita bisa memanfaatkan waktu-waktu itu buat mengembangkan bakat. Dulu waktu formal, setiap ikut les-les pasti berhenti. Berhentinya karena gak kuat. Enggak kuat capeknya. Begitu homeschooling, jadi punya banyak waktu buat les dan aku juga punya banyak waktu buat menulis. Waktu di formal, aku sering banget gregetan karena tiba-tiba dapat ide dan enggak bisa menuliskannya saat itu juga. Contohnya ketika guru nerangin pelajaran dan aku tiba-tiba ada ide..

"Anak-anak kita akan belajar tentang getaran dan gelombang. Getaran adalah gerak bolak-balik melalui titik seimbang dan gelombang adalah usikan yang merambat melalui ruang dan waktu. Gelombang biasanya melalui medium..."
"...medium? Apakah langit adalah medium untuk awan berkelana bersama angin? Seandainya aku adalah awan, akan kuarungi langit bagai perahu yang mengarungi samudra..."
 "Gelombang ada dua jenis. Gelombang mekanik yang membutuhkan medium dan gelombang elektromagnetik yang tidak membutuhkan medium.."
"...Apakah cinta seperti awan? Bagi sebagian orang cinta seperti awan yang meneduhkan hari. Namun bagi sebagaian orang, cinta mirip seperti awan yang hanya mengganggu cerah harimu...
 Jadinya gimana ya, enggak bisa fokus belajar. Maunya nulis, atau ingin nulisin ide gitu. Biasanya sih aku tulis di tempat yang kuberi nama "Buku ide", tapi pastinya bakal diliatin orang nanti. Atau aku biasanya nulis di note hape. Tapi kalau gitu nanti disita hapeku. Nanti pas sekolahnya udah selesai, hilang idenya atau hilang moodnya. Kalau homeschooling gini, aku bisa leluasa nulisin ideku terus nanti belajar lagi. Atau kadang malah dibiarin nulis seharian tanpa belajar. Karena menulis itu menghasilkan.

Homeschooling itu enaknya juga karena enggak perlu pake seragam. Jadi kita enggak bakalan kena hukuman gara-gara gak pake topi atau dasi. Gitu deh.

"Kamu kenapa homeschooling?"
Dulu di sekolah formal aku pernah kena bully. Setiap pulang ke rumah, nangis. Orang tuaku kayaknya enggak tahan lihat anaknya pulang-pulang nangis terus. Mentalku juga lama-lama berubah. Jadi gampang marah, gampang nangis, takut berteman sama orang, dan lain-lain. Bahkan awal-awal masuk homeschooling aku sempet diterapi psikologis.

Homeschooling lebih aman karenakan di rumah. Terus di homeschooling senioritasnya rendah. Kami asik-asik aja temenan sampe ke sananya baru tahu kalo temen kami ini lebih muda atau lebih tua beberapa tahun. Di komunitasku SMP-SMA digabung. Mungkin karena diperlakukan sama semuanya, di kelas yang sama, dengan tutor yang sama, di waktu yang sama, jadi enggak ada yang ngerasa jadi lebih hebat kayak senior di sekolah formal. Jadi aku suka di sini.

Orang tuaku juga enggak suka sama sistem pendidikan di Indonesia yang banyak banget pelajarannya. Jadi mereka memutuskan untuk mengajar sendiri anak mereka dengan cara mereka. Kebetulan ayahku juga seorang dosen atau seorang pengajar jadi terbiasa untuk mengajar.

Juga, satu hal lagi, waktu di sekolah formal itu aku bosen. Kalau misalnya aku sudah ngerti satu materi pelajaran, tapi temen-temenku belum, aku harus nungguin mereka. Kalau untuk kesekian kalinya guru menerangkan, aku bakal jadi bosen dan gak mau lagi liat ke depan buat dengerin atau nyimak hal yang diterangin. Kalo ketauan begitu, aku biasanya dimarahin terus sama guru. Ujung-ujungnya dihukum *Capek deh*. Formal terlalu banyak hukuman dan PR (Homeschoolkan enggak ada PR karena daritadi udah di rumah. Paling PRnya bersihin rumah dan bantu orang tua :P).

Duuh.. ah capek banget deh nulisin ini semua. Semoga long post ini menjawab pertanyaan-pertanyaan anda-anda sekalian tentang homeschooling. Sekian dari saya. Dadah *tepar*.

Senin, 21 Maret 2016

"Namamu kok susah banget sih!?"

Selama sekian lama aku hidup dengan nama (asli) yang melekat pemberian orang tuaku ini, selalu saja ada yang bilang, "Namamu kok susah banget sih!?". Katanya namaku susah banget di-spell. Padahal perasaan buatku biasa aja deh.

Namaku 5 huruf, dan 3 huruf di awal mirip kata "Air" yang dicadelin. Kalau sudah bisa spell kata "Air" yang dicadelin, tinggal tambahin "Sa" aja belakangnya. Ail-sa deh. (Oops?? Did I just tell ya my real name?? Ahahah.. Enggak apa-apa.  Walau ingin jadi manusia yang sok misterius di blog ini, pada postingan kali ini aku akan kasih tahu kepada anda-anda sekalian namaku.. Toh lama-lama juga post ini kekubur seiring waktu.. HWAHAHAHAH)

Namaku asliku adalah Ailsa Dahayu Carissa. Nama pertamaku kata orang itu aneh, ya. Enggak tau kenapa dibilangnya aneh. Padahal namaku tuh keren (menurutku). Aku enggak nyebut aneh, aku nyebutnya "Anti-mainstream" kayak orangnya (aku aneh juga sih).

Gara-gara namaku ini susah, jadilah aku punya BANYAAAAAAAAAAK sekali nama panggilan yang lahir dari hasil tidak bisa menyebut namaku dengan baik atau saking susahnya malah bikin panggilan lain. Jadi aku bisa bilang kayak gini;

"Halo, namaku Ailsa alias ALIAS, Ails, Ailva, Aliva, Alisa, Alis, Lisa, Alsa, Ilsa, Aica, Elsa, Eca, Ica, Ailisa, Ailis (Aplikasi), Ailasa, Aslia, Alesa, Annisa, Aisyah, Assa, Dahayu, Mbak Dayu, Kari, Rissa, Icass, Homeschool, Princess, Farel, Botak, dek, kak, bang, tante, om, kakek, nenek, uyut, gajah bengkak, sumo tinggi, gendut, dan bla-bla-bla.. Terserah kalian deh!"
Sebenernya sih masih enggak apa-apa ya kalau begitu. Yang parah tuh kalau namaku dikira sebuah typo. Jadi kemaren aku menjadi salah satu finalis Lomba Menulis Surat Pos Indonesia dan namaku tertulis jadi "Alisa Dahayu C". Sampe nametagnya aja ketulis begitu. Hiks-hiks..



Buat beberapa orang yang memang kesusahan banget buat nyebut namaku, aku biarkan dia panggil aku dengan kata yang bisa dia sebut asal masih deket aja sama "Ailsa". Tapi aku enggak akan pernah membiarkan temen-temenku yang tidak punya kesusahan sama sekali buat manggil aku selain dari "Ailsa".

Nama awalku anti-mainstream, nama tengahku gampang dibaca tapi aku enggak pernah menemukan orang dengan nama ini dengan tidak disengaja, dan nama terakhirku mainstream banget. Ada banyak orang dengan nama yang sama dengan nama belakangku ini, "Carissa".

Sebenernya, arti dari "Ailsa Dahayu Carissa" itu adalah "Gadis periang, cantik dan anggun".
Gadis periang.. Nah! Banyak yang bilang aku ini ceria terus. Nama adalah doa dan aku benar-benar tumbuh menjadi seseorang dengan watak happy (Walau gitu gampang ngambek juga, sih). Jadi maklum aja ya kalo ketemu aku terus enggak berhenti liat aku senyum, ketawa, atau jingkrak-jingkrak kegirangan (yang sebenarnya agak kayak orang gila). Bawaan nama...
Cantik.. Hmm.. Setelah mendapat bullyan tentang wajahku ini, aku jadi agak-agak tidak mengakui arti nama itu, ya.. Tapi, ada juga sih yang bilang cantik. Hmmh.. terserah. Buatan Tuhan ini, ngapain dipermasalahkan.
Anggun.. Aku biasa aja ah. Enggak anggun. Dipake rok aja merengut. Dikasih aksesoris, dilepas semua. Tapi yang kutahu Mamaku tuh suka banget sama Anggun C. Sasmi. Jadilah, anak perempuannya ini dikasih nama yang artinya "Anggun".

Walau namaku susah, aku bersyukur banget aja jadinya dikasih nama ini. Soalnya Mamaku waktu SMA sewaktu pelajaraan biologi sudah mendambakan seorang anak cewek dan akan menamainya "Monilia Metta Aloisa". Sekilas keren gitu ya namanya. Tapi.. ITU ADALAH NAMA LATIN JAMUR MERAAAAH!! -_-
Untung enggak dikasih nama itu. Bisa-bisa aku dipanggil "Jamur" nanti.
Atau, aku dulu ingin dikasih nama "Bunga". Bunga Arisanti Hidayat. Mungkin, bagus sih.. Tapi kamu akan menyadari kata "Arisan" di nama tengah. Ya kali "Arisan" -_-

Kadang, karena namaku sering banget diubah-ubah, jadi aku suka greget dan ikutan ganti nama orang lain buat balas dendam. Biar fair.

Yah.. walaupun namaku susah, itu yang membuatku gampang diingat. Dan nama itu memanglah nama terbaik dari kandidat-kandidat nama yang disiapkan orang tuaku. Kalau aku marah karena namaku salah disebut, bukan karena apa-apa. Orang tuaku sudah susah-susah nyari nama untukku dan seseorang mengubahnya. Well, makanya yang bisa nyebut namaku dengan baik, jangan coba-coba manggil pake nama lain yah.. nanti aku berubah jadi power ranger.. eh.. Hulk! Eh, aku cewek yah.. Shehulk!!

..ijo dong..
Ah terserah. Sekian ya tentang namaku yang kata orang susah ini. Semoga lumayan menjawab pertanyaan anda tentang nama saya.. Dadah~

Apasih "Imfarelo" Itu??

Halo semuanya.. Perkenalkan, aku adalah seseorang yang baru punya blog 30 menit yang lalu. Kenapa aku memutuskan membuat blog itu karena hampir setiap kali nulis status di Facebook, pasti selalu ada tulisan "See more" yang artinya statusnya tuh panjang (atau bisa memperlihatkan kalau aku tuh cerewet). Makanya, daripada selalu kepangkas dengan tulisan warna biru "See more" yang menyebalkan itu, sekalian aja aku buat blog. Gitu.

Kalau boleh jujur (Pastinya boleh), sampai saat ini aku masih enggak ngerti banget pakai blog itu kayak gimana. Rasanya kayak nyentuh sesuatu yang berasal dari manaaa.. gitu. Kayak alien. Enggak ngerti juga maksudnya "Kayak alien" itu gimana. Mungkin, kata ganti "Asing" buatku.

Jadi kalau blogku ini masih sederhana banget, atau masih punya banyak banget kekurangan, mohon dimaklumi yah..

Pasti bakal banyak yang bingung deh liat nama blog ini "I'm Farelo"
Sebenernya sih, nama ini punya banyak arti. Kalau "I'm Farelo" diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia artinya adalah "Aku Farelo" atau ini bisa menjadi sebuah nama. Aku adalah seorang perempuan yang entah mengapa mau pake nama cowok (Bisa dibilang begitu). Jadi, karena ini bisa menjadi sebuah nama, it's okay if you wanna call me "Farel". Farelo terlalu cowok soalnya.. Heheh..

Hmm.. awalnya tuh itu bukan sebuah kalimat yang tulisannya "I'm Farelo" tapi "Imfarelo". Di dalam kata, "Imfarelo" itu ada "Imfa". Kalau di depannya ditambahin "N", jadilah "Nimfa". Kalau masih inget pelajaran di IPA tentang metamorfosis, pasti ingat apa itu "Nimfa". Yap! Nimfa adalah hewan muda. Jadi, filosofinya aku adalah seorang manusia muda atau seorang remaja yang sedang bermetamorfosis  atau belajar menjadi seseorang yang lebih baik lagi dan lebih dewasa.

Tapi.. Hal paling original dari "Imfarelo" adalah singkatan dari "Imagination, Fantasy, Real, Logic". Jadi aku ini adalah seorang yang suka sekali berimajinasi dan mengekspresikannya lewat menulis. Kebanyakkan genre tulisanku adalah fantasi. Tapi, walau genre tulisanku fantasi, sebisa mungkin aku membuatnya menjadi seperti nyata dan logis. Begitu..

Nah.. Apa sudah enggak bingung lagi soal "I'm Farelo"? Sekian perkenalan dan penjelasan tentang "I'm Farelo".. Semoga aku bisa terus menjalankan blog ini dan terus semangat posting.. Sekian..

*Mungkin ke depannya aku akan posting seputar "Aku" (Bwahahah) dan diary kepenulisanku (Semoga tidak menggelikan seperti drama percintaan, India, atau Turki)..