Setiap tahun ada sebuah momok mengerikan bagi mereka yang tengah berada di tingkat terakhir jenjang pendidikan mereka.
Beberapa hari yang rasanya menjadi penentu hidup atau mati mereka.
Yang sebelumnya cukup cuek dengan yang namanya belajar, tiba-tiba menjadi tersadar dan lebih giat belajar.
Banyak yang tertolak saat menyatakan cintanya dengan alasan ingin fokus belajar (O, klise). Banyak yang putus.
Ada orang yang selama ini santai saja. Yang merasa bebas setelah jam pelajaran. Bebas engerjakan ini-itu, semua yang dia suka. Tapi sekarang, yang dia lakukan tak jauh-jauh dari belajar. Waktu untuk hal yang dia sukai tersita.
Ya, betapa yang namanya UN bisa sangat mengubah suatu kebiasaan bagi mereka yang akan menghadapinya.
UN, dengan kurang ajarnya menyita waktuku. Dengan kurang ajarnya mengambil apa yang kusuka. Membuatku menderita.
Hari demi hari, aku menanti kapan dia pergi, kapan dia mengembalikan apa yang telah dia sita selama ini.
Saat akhirnya dia pergi dan akhirnya mengembalikan apa yang dia sita, aku baru sadar akan sesuatu.
Setelah dia pergi, akan ada yang pergi bersamanya.
Ketika dia pergi, akan datang yang namanya kelulusan. Dan lalu datang sesuatu yang bernama perpisahan.
Perpisahan tidak seperti UN yang hanya menyita sesuatu untuk sementara. Perpisahan punya kuasa untuk merenggut mereka dari hari-harimu. Dia hanya mengembalikan mereka sesekali padamu. Itupun, kalau dia memang sedang berbaik hati.
Aku baru tersadar..
Seharusnya saat UN masih menghantui sampai mimpi, bukan hal-hal yang dia sitalah yang seharusnya jadi perhatianku. Namun seharusnya aku memfokuskan semuanya kepada sesuatu yang akan direnggut si Perpisahan.
Dan di sini, aku juga menyadari hal lain; Hidup itu adalah sebuah perjalanan. Penuh lika-liku, penuh persimpangan.
Setiap orang mempunyai tujuan serta jalannya masing-masing. Namun tak jarang bila ada orang lain yang berada di jalan yang sama dengan kita.
Awalnya, mereka tidak lebih dari sekadar orang dari simpangan lain yang tanpa sengaja berada di jalan yang kita lalui. Namun, dengan sebuah sapaan, mereka bisa berubah menjadi teman seperjalanan yang menyenangkan.
Ada yang banyak dibagi bersama mereka. Cerita-cerita tentang jalan-jalan yang dilewati sebelumnya, pemikiran-pemikiran yang beragam, dan banyak sekali hal lainnya.
Kami berbagi tentang tawa, tentang canda, tentang sebuah perjuangan, dan tentang sebuah tujuan.
Kami berjalan, berjalan, berjalan. Melewati hari demi hari bersama, di jalanan yang sama.
Sampai suatu ketika, kami berada di sebuah persimpangan.
Di sinilah, di mana biasanya si Perpisahan datang menyapa.
Kami sudah tahu, kemana kaki ini akan melangkah melanjutkan perjalanan. Namun, rasanya kesedihan yang disebabkan si Perpisahan membuat kaki ini berat melangkah.
Rasanya aku ingin menari-nari di persimpangan ini, bersama mereka, para teman seperjalanan, sampai waktunya habis. Meski aku tahu, kalau aku dan mereka, harus melanjutkan perjalanan di jalanan yang berbeda.
Aku memandangi jalanku sendiri, ada sebuah target, ada sebuah impian di sana. Ketika rasanya sudah semakin dekat, tidak mungkin aku diam saja di sini, setelah semua perjalananan panjang yang telah kulalui ini.
Aku memandang ke depan, jalanan lurus yang akan dilalui kawanku.
Tak bisa kulihat apa yang ada di sana, tapi aku berdoa supaya dia bisa mendapat apa yang selama ini dia idamkan. Aku juga berharap kalau semoga ada teman seperjalanan baru untuknya. Tidak, tidak. Di sini tidak ada soal mengganti dan diganti, semua teman seperjalanan itu unik. Tidak bisa diganti, dan tak bisa terganti. Ini hanya masalah siapa yang ada di hati dan terus bertahan di dalamnya sampai nanti :).
Aku memandang ke arah jalan yang akan dilalui kawanku yang terakhir. Nanti, kami akan saling membelakangi. Namun aku yakin, selagi aku bisa melihatnya saat menengok ke belakang, aku akan melakukannya. Terus, sampai akhirnya dia pergi semakin jauh, menjadi sebuah titik di cakrawala. Aku hanya berharap jika pada saat itu tiba, sebuah komunikasi harus tetap terbentuk. Telepon, telepati, apapun itu, harus tetap ada.
Aku tersenyum, sambil mengusap air mata yang keluar diam-diam.
Kami belum sepenuhnya berada di persimpangan, meski aku sudah bisa melihat si Perpisahan menunggu kami di sana. Memastikan kami berjalan di jalan masing-masing.
Ku hela nafas panjang. Dalam satu helaan nafas itu, aku bisa melihat memori-memori bersama mereka.
Dulu, aku sempat pergi ke jalan yang berbeda. Berpisah dengan kawanku yang tadi akan berjalan lurus. Namun, 3 bulan kemudian aku kembali ke jalan yang sama dengannya. Sayangnya, dia memperlihatkan sikap tak acuh. Kami sempat bertengkar, sebelum akhirnya kami kembali akrab.
Lalu datang kawan kami yang terakhir. Dia datang dengan sebuah iPad pink. Terlihat dingin, menyeramkan, dan sepertinya misterius sekali.
Namun ternyata dia tidak seperti itu. Pribadinya hangat, dan semakin terbuka semakin aku ingin memeriksa apa yang salah dengan otaknya. Tapi tak perlu, toh kami sama gilanya. Sesama orang gila yang berkeliaran di luar RSJ dilarang saling mendahului.
Dia sering membawa makanan. Banyak. Dan membuatku tambah gendut dan gendut. Sementara dia akan tetap kurus karena makanannya dilimpahkan kepada aku, dan kawanku yang lain.
Hah, rasanya aku ingin menghentikan waktu. Aku ingin mengenyahkan si Perpisahan dan aku ingin marah besar kepada si UN karena dia biangnya. Tapi tak bisa. Toh kalau aku teriak-teriak ke mereka, mereka tak punya telinga. Hatipun antata punya dan tak punya (mungkin punya, soalnya tadi aku tulis kalau si Perpisahan sedang berbaik hati, dia mau membiarkan kami bertemu kembali meski si Pertemuan -- yang meskipun mereka bersaudara, dia adalah musuh terbesarnya --). Punya nyawa aja tidak. Kasihan juga, setelah dipikir-pikir. Tapi tetap saja mereka kurang ajar.
Yang sekarang bisa kulakukan hanyalah mencoba memperlambat langkah, dan menghabiskan lebih banyak waktu dan ruang di otak untuk menyimpan memori bersama mereka sebelum persimpangan dan si Perpisahan tinggal sejengkal tangan bayi di depan kami..
Ya, sebelum kaki ini benar-benar melangkah pergi, lalu sama-sama saling menjauhi satu sama lain.. :")
Minggu, 21 Mei 2017
Senin, 27 Maret 2017
Bincang Buku: Semua Ikan di Langit
Singkat cerita, suatu hari di
pertengahan Desember tahun lalu, daku mendapat kabar tentang menangnya kak
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie di Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian
Jakarta 2016 dan dia menjadi SATU-SATUnya pemenang yang ada (Meski ada 4 pemenang unggulan lainnya).
Kalau dia orangnya, sepertinya tidak
akan heran kalau dia bisa seperti itu. Tapi tetap saja kekeceannya membuatku
tak bisa berkata-kata. Fix, aku
menobatkan dia menjadi orang terkece di dalam hidupku saat ini.
Naskahnya yang mengantarkannya menjadi
pemenang satu-satunya itu berjudul “Semua Ikan di Langit” dan akan diterbitkan
di Grasindo awal Febuari 2017.
Kalau mendengar judulnya saja, aku
hanya bisa membayangkan ikan Indosiar.. Ikan dengan sayap-sayapan itu.. He,
lupakan saja.
Dengan kesuksesannya kali ini,
seharusnya sih ada acara mirip-mirip seperti launching di Tanah Lada dulu dan
aku harap acaranya di Bandung biar aku bisa datang ke sana, hehe..
Perkataan
adalah doa.. Dan tanggal 10 Febuari, seorang teman yang menjadi akrab
denganku gara-gara menangnya kak Ziggy ini memberitahuku kalau ada acara
bincang bukunya tanggal 25 nanti di café Bober Tera. Yaaaaaaay!! Aku mau
datang~ Sekalian meet up dengannya yang sebenarnya masih tetanggan dalam bentuk
kecamatan denganku.
Kesenangan dan ketidaksabaran ini
membuatku melampaui 2 minggu penuh TO dengan semangat sekali.
Tanggal 25 pun tiba. Aku diantar Mama
dari sebuah acara mural ke lokasi. Ah, terima kasih, Ma.. Kalau tidak diantar
mungkin aku datang ke sana dengan baju basah kuyup karena terkena hujan deras
di tengah jalan.
Di café ini masih sangat sepi. Hanya
ada 1 meja yang ditempati orang yang sedang menikmati hidangan. Tidak ada
tanda-tanda kak Andika yang akan menjadi pembicara ataupun sang penulis
sendiri.
Aku duduk di sebelah panggung sambil
menunggu orang-orang yang aku kenal datang.
Tak lama, kak Andika datang dan segera
duduk di dekatku. Kami berbincang-bincang sedikit soal homeschooling dan
bernostalgia soal acara launching di Tanah Lada 2 tahun lalu. Soal, “Aku
satu-satunya orang yang enggak kenal kak Ziggy secara langsung yang datang.”
Dan mengundang tawa dari kami berdua.
“Sedih.. Aku enggak bawa buku yang
lain.. Lupa dibawa..” keluhku. “Tapikan kamu yang ditanda tanganin udah banyak,
Ailsa..” kata kak Andika. “Cuman tiga..” ujarku tambah sedih. “Itu enggak
‘cuman’, Ailsa..” dan akupun berhenti mempermasalahkan “Tidak bawa buku yang
lain.”.
Kak Andika bilang, dia agak takut
kalau banyak yang batal datang karena hujan deras ini. Aku juga tidak mau lagi
jadi satu-satunya yang datang. Jadi kami berdua hanya bisa berdoa semoga
orang-orang lain tetap mau datang ke sini.
Tiba-tiba datang 2 orang berbaju
seragam Gramedia yang dengan mudahnya melengserkan aku dan kak Andika ke meja
lain. Mereka membawa dus-dus berisi buku-buku kak Ziggy dan membuatku sedih
karena aku tidak punya cukup uang untuk beli buku lagi.. Hiks.
Akhirnya, kak Andika dan aku bergabung
dengan seorang kakak berbadan mungil di meja depan panggung. Namanya Lisma, dan
ternyata sudah kuliah.
“Lisma ikut acara bincang buku juga?”
Tanya kak Andika dan kak Lisma bilang ‘Iya’ dengan senyum yang lebar.
Katanya, awal dia kenal dengan buku
kak Ziggy karena direkomendasikan seorang temannya. Dan pada akhirnya menjadi
pembaca tetap karya-karya kak Ziggy. Sampai saat ini dia sudah baca di Tanah
Lada, San Francisco, dan lagi OTW baca Semua Ikan di Langit sama seperti aku.
Lama-kelamaan, meja-meja kosong mulai
terisi dan semakin ramai saja. Dari wajahnya, sepertinya kak Andika sudah lega.
Meja ini kembali kedatangan anggota
baru; Kak Septi Ws selaku editor kak Ziggy di buku Jakarta Sebelum Pagi dan di
buku Semua Ikan di Langit ini. Nanti kak Septi juga akan menemani kak Andika
jadi pembicara.
Kak Andika terlibat pembicaraan seru
dengan kak Septi dan begitupun juga aku dengan kak Lisma. Kak Lisma cerita,
saat pertama kali buka segel Semua Ikan di Langit, secara ajaib dia sedang
berada di atas bus Damri dengan trayek Dipatiukur – Leuwi Panjang. Kebetulan
banget!
Dan dia bilang dia pusing sama di
Tanah Lada tapi tetap suka-suka saja. Dia juga bilang kalau San Francisco paling mudah dipahami menurutnya.
Di sela-sela pembicaraan kami, rasanya
aku ingin terus-terusan melirik ke bawah. Paranoid aja kalau kak Ziggy
tiba-tiba muncul dari sana dan bilang, “Kalian membicarakanku di atasku!”
..horor
Tapi untungnya tidak. Dia datang dari
pintu masuk café tentunya dan bergabung bersama kami di meja-depan-panggung.
Dan dia duduk di sebelahku. Ah.. Senangnya duduk di antara dua orang yang aku
kagumi. UEHEHEHEHEHE bahagia~
Selfie candid dengan orang di sebelah~ |
Kak Septi berbincang dengan kak Ziggy
sedikit dan lalu memberikan sebuah kresek putih berisi buku-buku.
Aku diam-diam mengintip isinya dan
menemukan cover buku Semua Ikan di Langit.
Awalnya tidak ngeh kalau sebenarnya
itu bukan versi buku yang aku punya. Tapi ternyata itu versi terjemahan bahasa
Inggrisnya buat dibawa ke London Bookfair! Kece… Dan kabarnya kak Ziggy sendiri
yang menerjemahkannya – tidak heran lagi. Dan aku juga melihat ada buku dengan cover berwarna biru. Saat dikeluarkan ternyata itu buku Jakarta Sebelum Pagi dengan cover baru. Aku teringat pernah ada yang menyandingkan buku I'll Give You The Sun dan Jakarta Sebelum Pagi dan memang covernya sangat mirip. Kata kak Ziggy bagian yang buat covernya sudah dimarahi. Dan sekarang makannya ganti cover..
All the Fish in the Sky |
Cover baru Jakarta Sebelum Pagi |
Acaranya segera dimulai beberapa menit
setelah kedatangan kak Ziggy.
Yang membuka acara adalah Tante Jia
yang kalau ku tebak, mungkin penyelenggara acara ini. Terima kasih Tante, atas
acaranya~
Acaranya dimulai dengan pembacaan
pre-prolog oleh Tante Jia. Sebelumnya dia sempat menanyakan kepada kak Ziggy
soal cara membaca namanya dan aku bisa mendengar kak Ziggy di sebelahku
berbisik, “Get your contact lenses~”.
Yang menjawab pada akhirnya adalah kak
Andika. “Ziggy, Zesya-zevina-zabriski.” Begitulah yang aku dengar dari kak
Andika.. Maapkan bila masih salah juga~
“Jadi ini buku ke-25 ya, Ziggy?” Tanya
Tante Jia dan kak Ziggy hanya merespon dengan, “Hah!? Tidak tahu..” yang
ditimpali “Saking banyaknya.” Oleh kak Andika.
Ah ya, ternyata yang di panggung bukan
hanya kak Septi dan kak Andika. Tapi ada seorang moderator yang kalau tidak
salah namanya Om Arie.. Ku tidak tahu karena tidak kenalan dan dirinya juga
tidak bergabung dengan meja-depan-panggung.
Setelah pembukaan, kak Andika
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang datang meski sedang hujan
deras. Lalu dia cerita kalau waktu di Tanah Lada dulu hanya ada 1 orang yang
tidak kak Ziggy kenal yang datang. Yang lainnya adalah teman-temannya kak Ziggy
dan kurang dari 10 orang. Dan seluruh cafépun tertawa. Aku tidak ingat apa kak
Ziggy ketawa atau tidak, tapi dia lirik-lirik aku.. atau mungkin aku geer..
Entah.
Pokoknya kak Andika merasa senang
kalau kemenangan kak Ziggy kali ini bisa menarik banyak pembaca baru. Yah, aku
juga senang tidak sendiri lagi..
Oh ya, sebelumnya aku ingin meminta
maaf karena aku tidak terlalu mendengarkan apa yang orang-orang bicarakan di
acara ini karena aku belum baca sampai selesai bukunya dan tidak terlalu ingin
mendapat spoiler banyak-banyak. Jadi aku tidak terlalu mendengarkan.
Kemungkinan apa yang aku tuliskan urutannya terbalik-balik, atau ada yang tidak
lengkap.. Mohon maafkan.. Daku akan tuliskan seingat daku saja, ya.. (Dan ini
juga peringatan bagi yang belum baca)
Seingatku, yang pertama berbicara
adalah Om Arie. Katanya, “Buku ini mengajarkan kalau mencintai itu
sederhana..”. “Di halaman 64, ada kalimat, ‘Menyayangi itu adalah kegiatan yang
mengerikan’.” Dan lalu menyambung ke kalimat, “Intinya tuh, Tuhan itu sayang
sama kamu. Kalau kamu enggak sayang, rasakan saja akibatnya!”.
Kak Andika menimpali soal si Bus yang
notabene adalah benda mati, bisa mencintai Beliau. Dan tentang Nad yang
tidak bisa melihat ke ajaiban yang terjadi di depan antenanya.
Lalu, entah siapa yang bilang, “Buku
ini tuh adalah buku yang setelah selesai dibaca dan ditaruh, bikin kita mikir.”
Pemandangan dari tempat dudukku di meja-depan-panggung |
Semuanya seakan terdistract ketika kak
Ziggy di sebelahku bilang, “Seperti nonton TV sambil makan kentang goreng~” dan
lalu dia menawarkan kentang gorengnya kepada aku dan kak Lisma sambil berkata
kalau dia tidak perlu bayar makanan-makanan yang dia pesan. Ah,
motivasiku.. Aku ingin suatu hari nanti jadi orang penting yang diundang ke
acara dan mendapatkan fasilitas gratis.. Mungkin memulai dengan jadi finalis
lomba lagi.. Aamiin..
Oh iya, aku sempat bertanya ke Kak
Ziggy soal keikutsertaannya sebagai juri di ARKI tahun ini. Tapi dia malah
jawab, “Masa jadi perserta?”
…
Bukan itu yang aku tanya, masyaallah..
Maksudnya jadi juri lagi apa enggak.. Ya Allah.. Ah sudah deh. Banyak-banyak
istighfar saja.. Tapi aku meresponnya dengan, “Ah, bisa, palsukan data diri
saja lalu ikutan.” Tapi plis kak jangan ikutan.. Nanti harusnya 100 finalis
jadi 1 doang yang menang dan itu kakak.. Jangan.. Ampun, Yang Mulia..
Aku kemudian mengalihkan pembicaraan. “Seneng
ya kak enggak harus ada di panggung?” tanyaku. “Iya.. Mereka sudah belajar~”
jawabnya. Dan aku secara otomatis flashback ke acara di Tanah Lada dan dengan
hadirnya kak Ziggy sebagai penanda tangan buku di acara bukunya saja mungkin sudah
cukup (ditambah dengan sesi jawab). Dan tidak menempatkannya di atas panggung
adalah keputusan yang tepat.. Sepertinya..
Tak lama setelah dia bicara soal
“Seperti menonton TV sambil makan kentang goreng.”, kereta lewat. “Dan itu
iklannya~” kak Ziggy menunjuk kereta api yang lewat dengan potongan kentang
gorengnya. “Sponsornya.” Tambah kak Lisma.
“Ini kebetulan tempatnya di sebelah
rel kereta api, ya.. Jadi ada waktu buat mikir.” Kata kak Septi.
Setelahnya aku tidak ingat apa yang terjadi
ketika tiba-tiba micnya berpindah ke tangan kak Lisma. Kak Ziggy di sebelahku
sibuk berkata, “Hayo.. Hayo..” .
Kak Lisma rupanya ditanyai soal
bagaimana dia bisa kenal dengan bukunya kak Ziggy, sejak kapan, dan apa
pendapatnya.
Dan setelah dia selesai bicara, micnya
diserahkan kepadaku atas suruhan kak Andika. APA INIIIIIII!!
“Ayo.. Siapa tahu dapet goodybag
lagi~” kata kak Ziggy dengan wajah agak menyebalkan. Yha, setidaknya dia inget
aku setelah di awal ngaku tidak ingat aku siapa.. Sampai kak Andika bilang soal
“Jangan terlalu jujur.”
Karena kespeechlessanku, aku hanya
bisa menjawab singkat dan sangat dodol. Dan hal ini akan aku sesali di dalam
hidupku. Jadi untuk meringankan beban yang aku sesali ini, aku akan menulis
revisiannya di sini (Serasa bikin skripsi).
“Pertama kali kenal dengan karyanya kak Ziggy itu di sebuah writing camp tahun 2014. Waktu itu semua kamar-kamar perserta dinamai dengan nama-nama buku dari seri DAR! Mizan dan kebetulan kamarku dinamai pakai buku kak Ziggy yang judulnya Lucid Dream. Setelah pulang dari acaranya dan pergi ke toko buku, ketemu sama bukunya. Karena bukunya genrenya horror, awalnya beli hanya untuk kenang-kenangan. Tapi kata teman baca aja karena bukunya kak Ziggy keren banget. Ya sudah, coba baca. Dan ternyata emang keren banget dan sejak saat itu suka dengan karyanya kak Ziggy (Oh iya, terima kasih karena telah membuat daku berani baca yang horror-horor..). Pendapatnya soal karyanya kak Ziggy.. Karya kak Ziggy itu unik. Humor kak Ziggy yang tidak biasa yang dia masukan ke dalam tulisan-tulisannya itu khas banget dan membekas. Tapi tulisannya seperti punya 2 sisi. 1 sisi membuat kita bisa tertawa-tawa santai. Namun lambat laun kita akan memasuki ke sisi kedua, ke bagian di mana ceritanya berubah jadi tulisan yang terasa serius, berat, dan membuat kita merenung. Rasanya.. seperti menggambarkan hidup yang tidak selamanya berat, tapi ada juga waktu di mana kita bisa tertawa dan menikmati hidup ini. Bukunya seperti santai-santai-serius, begitu. Di dalam tulisan-tulisannya, kak Ziggy itu seperti jadi perantara ke dunia yang tak terjamah oleh orang-orang dengan kemampuan imajinasi rata-rata.. Dan di setiap karya yang baru, jangkauan perantaraannya semakin luas saja rasanya.Ia membeberkan hal-hal yang tersembunyi di balik sekat-sekat imajinasi lewat tulisannya kepada kita, para pembaca. Dan ini bagian favorit saya di setiap karyanya.Ah ya, alur yang ia buat di setiap karyanya terasa begitu apik dan plot twistnya terlalu keren dan di luar batas pikirku.Soal perkembangan tulisannya, mungkin aku tidak bisa langsung membandingkan Lucid Dream dengan Semua Ikan di Langit karena genrenya berbeda. Tapi kalau misalnya membandingkan White Wedding dengan Jakarta Sebelum Pagi, terasa perbedaannya. Jakarta Sebelum Pagi terasa jauh lebih ‘Luas’ daripada White Wedding. Mungkin begitu cara daku untuk menggambarkan perkembangnya. Dan mungkin sampai di sini saja..”
Yah.. Untungnya aku enggak ngomong sepanjang itu pas
kemarin ya.. Takut ditinggal tidur soalnya.
Perbincangan inipun kembali berlanjut meski sering
terinterupsi oleh iklan-iklan yang disponsori PT. KAI.. Dan mulai dari sini aku
merasa pusing karena orang-orang di depan sana mulai membahas bukunya dari sisi
agama. Kata mereka bukunya religius. Karena aku belum baca semuanya aku tidak
ngerti apa-apa.
Yang jelas, yang keren adalah buku ini dibahas dari
sisi 2 agama dan mereka nyambung.
Kata mereka, Beliau itu adalah simbol Tuhan meski
digambarkan dengan sosok anak kecil. Dan aku yang belum mendapat pijakan yang jelas dari
membaca setengah bukunya, masih bisa belum menyimpulkan apa-apa secara mantap, jadi
bingung.
“Aku kira Beliau itu kak Ziggy?” kataku dan kak Ziggy
tertawa puas sekali dan baru bilang, “Bisa jadi, bisa jadi.”.
Aku berpikiran begitu karena ada kalimat di halaman 68
yang berbunyi, “..mungkin memang inilah cara orang-orang yang sukar dipahami
menunjukkan rasa sayang mereka.”. Dan bagiku yang belum kenal kak Ziggy, kak
Ziggy sepertinya sukar dipahami.. Jadi ya.. Kukira Beliau itu kak Ziggy sendiri.
Tapi setelah selesai baca bukunya di kemudian hari, aku meralat pernyataanku
dan mengakui sepertinya Beliau itu memang simbol Tuhan..
Yang kuingat soal pembicaraan yang memberat ini adalah
ketika Om Arie yang bilang soal bagian di mana ada cerita soal cahaya pertama
yang diciptakan dan cahaya itu sangat mencintai Beliau dan tidak ada lagi yang
dicintainya selain Beliau. Dia bilang dia teringat dengan Nabi Muhammad SAW
yang merupakan nur pertama yang diciptakan.
Setelah aku menyelesaikan bukunya, aku menemukan
bagian itu tapi aku makin tambah pusing. Katanyakan ini mengingatkannya akan
Nabi Muhammad, tapi setelah aku baca, sang cahaya ini sangat mencintai Beliau
dan tidak ada lagi yang dicintainya selain Beliau. Dan pada suatu ketika Beliau
menciptakan manusia dan Beliau sangat mencintainya dan meminta cahaya-cahaya
lain untuk mencintainya juga. Tapi sang cahaya pertama tidak mau mencintai
manusia karena cintanya pada Beliau sangat besar dan dia hanya bisa mencintai
Beliau. Hal itu membuat Beliau marah dan mengusir sang cahaya pertama.
Jadi ini Nabi Muhammad atau setan, nih?
Sebelum beli bukunya, aku sudah dengar dari temanku
itu (yang memberitahuku soal acara ini. Ah iya, namanya Dirga dan dia tidak
bisa datang hari ini.. Sedih) kalau banyak orang yang pusing membacanya. Kataku
sih orang-orang pusing karena tidak biasa aja sama tulisannya kak Ziggy. Tapi
pada akhirnya aku pusing juga, tapi aku pusing gara-gara tercampuri sudut
pandang orang lain.
Lalu kak Septi membahas ada simbol Lucifer di buku
ini. Sosok yang menggambarkan Lucifer. Lalu dia juga bicara soal penciptaan
kembali dunia. Tapi aku tidak terlalu mendengarkan karena sudah terlanjur terlalu pusing.
Di ujung perbincangan ini, kak Septi bilang buku Semua Ikan di Langit ini seperti tamparan keras bagi orang-orang yang dulu mempermasalahkan di Tanah Lada. Kayak, 'Masa kayak gini masuk sastra?" ; "Masa kayak gini menang DKJ??" dan sebagainya. Atau bagi orang-orang yang membeli bukunya hanya untuk ngejek-ngejek namanya. Dan di sini rasanya aku sebal dengarnya. Ada ya, manusia-manusia kurang ajar seperti itu. Rasanya aku menjelma jadi bus Damri dan kak Ziggy itu Beliau. Aku ingin nabrak orang-orang itu sampai penyet semua.
Di ujung perbincangan ini, kak Septi bilang buku Semua Ikan di Langit ini seperti tamparan keras bagi orang-orang yang dulu mempermasalahkan di Tanah Lada. Kayak, 'Masa kayak gini masuk sastra?" ; "Masa kayak gini menang DKJ??" dan sebagainya. Atau bagi orang-orang yang membeli bukunya hanya untuk ngejek-ngejek namanya. Dan di sini rasanya aku sebal dengarnya. Ada ya, manusia-manusia kurang ajar seperti itu. Rasanya aku menjelma jadi bus Damri dan kak Ziggy itu Beliau. Aku ingin nabrak orang-orang itu sampai penyet semua.
Yak, sepertinya perbincangannya selesai di sini, seingatku.
Disambung dengan sesi tanya jawab.
Entah mengapa, setiap kak Ziggy menjawab pertanyaan,
auranya berubah jadi menyeramkan. Jadi aku tidak akan nanya-nanya. Kalau
mau nanya kasual saja.
Aku juga tidak mendengarkan bagian ini. Tapi aku akan
tulis yang aku ingat dan penting.
Pertama adalah soal seseorang yang bertanya soal
kenapa banyak tokoh kak Ziggy yang anak-anak dan bisa jujur banget penulisannya. Kak Ziggy jawab, Mamanya pernah bilang ke dia kalau dia
itu enggak punya related sama dunia orang dewasa. Orang lain ngomong apa tuh dia
enggak ngerti. Dan *duh, lupa, pokoknya begitu*. Jadi mungkin dari situ dia
lebih nyaman kalau pakai karakter anak-anak(?)
Kedua, ada orang yang menanyakan apakah ada masalah
dengan masa kecil kak Ziggy dan dia jawab kalau masa kecilnya sangat bahagia
sekali. Dia enggak pernah disuruh tidur siang, kalau mau bolos dibolehin sama
mamanya. Dan ya begitulah. Bagi kak Ziggy masa kecilnya sangat menyenangkan.
Ada juga yang menanyakan soal manajemen waktu kak
Ziggy dan dia jawab, “Yang nanya soal ginian pasti mahasiswa.” Dan dia
melanjutkan dengan mengaku kalau dia sudah sidang sejak tahun lalu tapi tidak
lulus-lulus. Kalau belajar, dia cuman belajar di kelas karena dia kalau di
kelas ya untuk belajar aja. Jadi dia merhatiin banget di kelas.
Dan terakhir ada yang menanyakan waktu khusus untuk
menulis dan kak Ziggy jawab dengan sangat simple. “Saya tidak punya waktu
khusus untuk menulis. Kalau mau nulis ya nulis, kalau enggak ya enggak.”
Seginilah yang bisa aku inget atau yang penting dan
bisa kuingat di sesi tanya jawab.
Setelahnya ada sesi foto bareng dan tanda tangan.
Asalnya aku mau selfie dengannya (dengan tidak candid) *mentang-mentang hape sudah baru, tidak seperti dulu* tapi dia tidak mau. Dia
malah suruh aku foto kakinya saja. Dan pas aku turuti, dia malah nanya, "Kamu ngapain sih..?"
...yang suruh siapa
...yang suruh siapa
“Nanti kalau foto, aku pegang timun,
kamu pegang tomat..”
…siap
Tapi hal itu tidak pernah terjadi.
Kami hanya foto biasa setelahnya dan
posenya aneh semua. Yasuda de..
Terakhir aku minta tanda tangan di
buku Semua Ikan di Langit dan dia berkali-kali nanya namanya siapa. “Namaku
siapa?? Oh, Ziggy.”.
...oh biru-biru yang menyebalkan |
“Mau ditulisin apa bukunya?” tanyanya
dan aku reflek jawab, “Pokoknya jangan tulis ‘Terserah’ atau ‘Saya mau makan
bakso’” kataku waspada. “…makanya kasih tau aku mau ditulisin apa~” dan aku
bilang minta motivasi menulis karena aku sedang mogok.. Dan yesh, tidak dikasih
tulisan “Terserah” yeeeey..
Di sela penandatanganan bukuku,
tiba-tiba Tante Jia yang duduk di sebelah kak Ziggy bilang, “Saya baca blognya
lho..”
He?
“Hah?” responku dodol. “Iya saya baca
blognya. Bukan saya sih, suami..” katanya.
Aku masih enggak ngeh sampai ditanyai
soal “Apa aku yang satu-satunya yang datang waktu di TSM?” dan aku jawab,
“Iya”..
Untuk sesaat aku shock ketika entah
bagaimana caranya ada orang yang baca blogku lalu berhasil mengenaliku di dunia
nyata..
..shock..
Shock dan terharu sih.. Huhu.. Blogku
dibaca orang.. Huhu..
Yak, kembali ke cerita. Setelah dapat
tanda tangan kak Ziggy untuk bukuku dan untuk kak Dirga di kertas kosong, aku
meminta kak Andika untuk tanda tangan di bagian ucapan terima kasih dan kak
Septi tanda tangan di bagian tulisan editor~
Dan seketika buku ini jadi berharga
banget.. Pasalnya udah cetakan pertama, ditanda tangani penulis, editor, serta
orang yang disebutkan di bagian ucapan terima kasih.. Huhu keren..
Hmm.. Mungkin ceritanya sampai sini saja..
Karena tidak ada lagi hal menarik yang bisa diceritakan lagi setelah ini..
Jadi.. sekian dan terima kasih telah membaca~
Kamis, 02 Maret 2017
Sebuah Evolusi
Hari ini, laptopku berevolusi, kawan-kawan.
Setelah sekian lama terjangkiti virus, berbulan-bulan lamanya, dan virus-virus kurang ajar itu membuat blog ini mati suri, akhirnya laptopku berevolusi.
Setelah diback up, laptopku diinstall ulang dan boom! Sekarang aku punya laptop dengan windows 10 yang bebas ads biadab yang berseliweran tiap kali aku konek ke internet.
Rasanya legaaa.. Dan seketika mood untuk menulis yang hilang sejak Febuari awal kembali lagi. Dan laptopku yang selama ini meringkuk dalam diam di dalam tas ranselku dan hanya bikin encok saja karena memberat-beratkan saja. Entah sejak kapan aku mulai meletakannya di rumah. Meninggalkannya sendirian. Sampai tahu-tahu dia basah kuyup. Kukira menangis, tahunya kena bocor.
Aaaaah tapi itu semua telah berlalu. Kini dia telah berevolusi dan kini sedang berbahagia untuk membuatku menjadi orang udik sementara.
Senangnya.. Bisa ngeblog lagi..
Tolong maafkan daku yang kabur lama sekali. Awalnya memang hanya ingin cuti sebulan-tiga bulan.. Namun apa daya ketita laptopku semakin jadi pesakitan begitu.
Apa daku ada perubahan, kawan-kawan? :'3
Secara fisik, mungkin aku agak gendutan. Yha, entah mengapa. Sakit kok malah tambah berat, hehe. Dan, hmm.. selama aku diam saja, tidak menulis apa-apa (di sini), aku tetap memikirkan beberapa hal yang mungkin bisa jadi bahan ngepost. Tapi mungkin sudah terlalu basi untuk dipost.. Yha, kita lihat saja nanti, hohoho..
Hadeh, seriusan deh daku sampai lupa gimana cara ngepost dan lain-lain.. Semoga ke depannya, enggak akan ada lagi virus-virus kurang ajar yang menjangkiti laptopku dan aku bisa terus ngeblog, aamiin..
Sekian, daku mau tidur :"
Sekali lagi, maafkan daku yang pergi lama-lama :""
Setelah sekian lama terjangkiti virus, berbulan-bulan lamanya, dan virus-virus kurang ajar itu membuat blog ini mati suri, akhirnya laptopku berevolusi.
Setelah diback up, laptopku diinstall ulang dan boom! Sekarang aku punya laptop dengan windows 10 yang bebas ads biadab yang berseliweran tiap kali aku konek ke internet.
Rasanya legaaa.. Dan seketika mood untuk menulis yang hilang sejak Febuari awal kembali lagi. Dan laptopku yang selama ini meringkuk dalam diam di dalam tas ranselku dan hanya bikin encok saja karena memberat-beratkan saja. Entah sejak kapan aku mulai meletakannya di rumah. Meninggalkannya sendirian. Sampai tahu-tahu dia basah kuyup. Kukira menangis, tahunya kena bocor.
Aaaaah tapi itu semua telah berlalu. Kini dia telah berevolusi dan kini sedang berbahagia untuk membuatku menjadi orang udik sementara.
Senangnya.. Bisa ngeblog lagi..
Tolong maafkan daku yang kabur lama sekali. Awalnya memang hanya ingin cuti sebulan-tiga bulan.. Namun apa daya ketita laptopku semakin jadi pesakitan begitu.
Apa daku ada perubahan, kawan-kawan? :'3
Secara fisik, mungkin aku agak gendutan. Yha, entah mengapa. Sakit kok malah tambah berat, hehe. Dan, hmm.. selama aku diam saja, tidak menulis apa-apa (di sini), aku tetap memikirkan beberapa hal yang mungkin bisa jadi bahan ngepost. Tapi mungkin sudah terlalu basi untuk dipost.. Yha, kita lihat saja nanti, hohoho..
Hadeh, seriusan deh daku sampai lupa gimana cara ngepost dan lain-lain.. Semoga ke depannya, enggak akan ada lagi virus-virus kurang ajar yang menjangkiti laptopku dan aku bisa terus ngeblog, aamiin..
Sekian, daku mau tidur :"
Sekali lagi, maafkan daku yang pergi lama-lama :""
Langganan:
Postingan (Atom)