Pagi ini, aku hanya
bisa uring-uringan di kasurku dengan seluruh kegalauan yang menggelayuti
jiwaku. Hari ini, hari pertama ARKI dan aku tak terlibat di dalamnya. Baper uhuhuhuhuhuh..
Sebenarnya sih, kalau enggak ingin tambah galau lagi ya, jangan
chatingan sama finalis ARKI yang of course lagi bahagia banget di Jakarta sana.
Tapi, entah mengapa aku tetep chating sama finalis-finalis ARKI. Kali ini aku
chat sama Om Imim (Yang jelas bukan om-ku dan bukan om-om).
Di antara sela-sela chat kami, tiba-tiba dia bilang begini,
“Woi! LWC tahun depan ada di Bandung! Ikutan gih” dan dia juga ngasih foto
posternya sama URL tentang lomba itu.
Di Bandung?? Di Bandung??????????
Itu artinya..
Aku bisa datangin temen-temenku yang lolos ke tempat
acaranya! Di BalKot lagi! Kan lumayan deket!
Sebenernya, aku sedih karena enggak lolos ARKI itu,
penyebab utamanya bukan karena enggak bisa ikut kegiatannya, tapi karena aku
enggak bisa ketemu sama temen-temenku yang lolos di sana. Ada beberapa temen
dari THEATRE yang lolos. Temen sekamarku di kamar Lucid Dream THEATRE, Arum
sama Intan, lolos. Coba aja aku bisa lolos, satu kamar reunian tuh. Tapi
sayangnya enggak. Yea tapi orang yang paling ingin aku temui di ARKI itu ada 3
orang; Sulthan, Kirana, dan Om Imim. Pokoknya aku ingin banget ketemu sama
mereka bertiga.
Oh ya, mereka bertiga lolos LWC 2015 dan lolos ARKI 2015
juga. Ya Allah.. Hebat-hebat banget mereka..
Kalau ke Jakartakan jauh sama berat di ongkos. Aku enggak
mungkin banget pas ARKI digelar ini aku yang enggak lolos nekat pergi dari
Bandung ke Jakarta buat hanya sekadar nemuin mereka bertiga dan temen-temenku
yang lain. Kalau acaranya di Bandungkan,
aku bisa datengin mereka. (Mereka bertiga pasti lolos karena mereka hebat-hebat
banget. Dan kalau aku enggak lolos lagikan, tetep bisa ketemu dengan cara
datengin acaranya. Ya, kan?)
Tapi meski siap sekali jika enggak lolos (lagi), aku akan
tetap mencoba ikutan lomba ini karena aku jatuh cinta sama temanya. Temanya
asyik dan ‘Aku banget’. Pokoknya aku harus ikutan!
Selang beberapa saat kemudian, di TV ada berita soal puncak
acara Festival Anti-Korupsi yang digelar hari ini sampai tanggal 11 Desember
nanti dan acaranya di.. Bandung lagi! Acaranya di Sabuga (Sasana Budaya
Ganesha) dan Sabuga itu deket sama apartemenku.
Sayangnya, orang tuaku sibuk. Jadinya enggak bisa nganterin
aku ke sana dan aku enggak dibolehin pergi sendirian. Sebenernya sih di sana
nanti juga ada temen-temenku. Tapi tetep enggak dibolehin pergi. Yaaah..
Padahal datang ke sanakan bisa menambah wawasan untuk naskah suratku nanti.
Lombanya masih 2 hari lagi dibukanya dan deadlinenya masih
3 bulan lagi. Tapi serius, aku udah enggak sabar.
Karena lombanya tulis tangan, kayaknya tulisan tangannya
dinilai juga deh. Soalnya LWC 2015kan finalnya tulis tangan dan tulisan
tangannya dinilai juga.
Sebelum lombanya dibuka ini, aku mencoba buat latihan nulis
A-Z dengan huruf kapital dan kecil 2 kali, nulis angka-angka sebanyak jumlah
abjad, nama-nama teman-temanku, dan hal lainnya sampai 2 halaman keras folio
habis. Karena ini double folio, sisanya baru kupake untuk latihan nulis
suratnya. Baru setengah halaman, aku udah bosen dan akhirnya kusimpan di dalam
tas.
Pokoknya, sejak saat itu, kertas latihan berserta papan
dada itu tersimpan rapih di dalam tasku dan enggak ada kemajuan selama bulan
Desember (Waktu itu menikmati liburan akhir semester di luar kota – Homeschoolkan
dikasih libur juga hweheheh).
Yah, walau enggak ada kemajuan di naskahku, selama bulan
Desember itu aku banyak merenung dan mencari ide.
Aku baca-baca ceritanya Kirana (Kakak kelas di komunitas
homeschoolingku dan yang kemarin juara 1 di LWC 2015) tentang LWC 2015 kemarin di
wordpressnya.
Tentunya kalau aku enggak lolos sebuah acara winner camp
dan punya kesempatan diceritain sama yang mengalaminya, pasti tertarik banget.
Tapi yang bikin aku tertarik itu waktu dia nyeeritain materinya Tere Liye.
Tere Liye itu adalah salah seorang penulis favoritku.
Malahan dulu aku enggak mau beli buku lain selain bukunya dia. Di LWC, dia jadi
salah satu pemateri dan pastinya aku ingin banget ketemu dan diajar sama dia.
Kalau dilihat dari cerita-ceritanya Kirana, Suthan, sama Om
Imim soal materinya Tere Liye, menurutku itu lumayan berat dan bisa aja aku
belum kuat buat ada di kelasnya.
Kirana juga nulisin detik-detik finalnya. Kalau aku ada
pada saat itu, mungkin aku bakalan stress banget dan enggak kuat kayaknya.
Dan di sini aku menyadari.. Memang acara-acara final di
winner camp itu ya emang buat orang yang hebat. Yang pantas. Mungkin aku memang
belum pantas dan kuat mental kalau lolos.
Di balik aku enggak lolos-lolos winner camp itu, ada
hikmahnya. Bisa aja di sana aku bukannya seneng tapi malah stress gara-gara
enggak kuat mental nanti.
Di lomba kali ini yang ternyata bukan LWC 2016 melainkan
LMS 2016, salah satu pematerinya itu Tere Liye lagi (Sebenernya semua pematerinya
sama kayak LWC 2015 kemarin). Aku harus mampu, harus pantas, dan harus kuat
kalo aku mau lolos dan ketemu dia.
Di awal bulan Januari, aku mulai serius nulis naskahnya.
Alhamdulillah aku dapet banyak inspirasi dan bahan buat
naskahku ini dan aku bisa nulis dengan lancar.
Sebelum nulis, aku menatap selembar kertas folio kosong di
depanku sambil berkata, “Kalau aku mau lolos, aku harus berikan yang terbaik
dan aku harus layak..”.
Waktu itu, aku langsung menuangkan semua ide-ideku tanpa
ragu-ragu. Melampiaskannya di kertas folio itu. Dan kali ini aku serius banget.
Duduk, diam, nulis. Mungkin karena pengaruh udah malam juga dan memang enggak
ada yang berminat ngechat aku, makanya hapeku itu enggak mengganggu sama sekali.
Aku lihat di posternya ada tulisan yang bilang kalau
naskahnya sekitar 800 kata – 1000 kata atau 2 halaman. Karena waktu itu udah
sampe 2 halaman, aku tanda tangan dan naskah suratku selesai.
Besoknya barulah aku kasihkan ke orangtuaku buat minta komentar.
Biasanya kalau orangtuaku lagi meriksa naskahku, aku bakal
menjauh buat memberikan mereka sedikit ketenangan lebih.
Dari jauh aku denger mereka ketawa-ketawa. Aku bingung..
Apa ya yang lucu?? Perasaan enggak ada yang lucu.. Kok ketawa?? Eh?
Jangan-jangan bukannya baca naskahku mereka malah asyik sama hal lain...
Tiba-tiba aku denger Papaku bilang, “Anak umur 13 tahun
nulis ini.. 13 tahun nulis kayak gini??” dan mereka berdua ketawa-ketawa enggak
jelas entah mengapa.
Ya mereka memang kadang lumayan geje (Sama kayak aku). Tapi
habis itu aku dipanggil dan mereka bilang bagus. Hanya aja ada beberapa kata
yang writo (Versi typo di tulisan
tangan) dan banyak kata yang enggak baku. Kayak, “Datang” jadi “Dateng”, “Teman”
jadi “Temen”, “Enggak” jadi “Gak”. Oh iya juga.. Walau bahasanya enggak formal,
setidaknya kata-katanya baku.
Sesuai arahan dari Mamaku, aku nyalin naskahku itu ke
laptopku dan kalau ada yang perlu diubah-ubah, ya di laptop. Kalo udah yakin
kayak gitu, barulah disalin ke naskahnya.
Aku ngerevisi beberapa kalimat, kata-kata yang writo, dan kata-kata
yang enggak baku. Pokoknya, setelah selesai ya disalin ke kertas polio pake
tulisan tangan. Tapi kali ini aku bener-bener hati-hati. Satu kata writo, aku
ulang lagi dari awal. Mungkin aku jadinya ngulang 3 kali deh.. Totalitas itu
ribet ya :v
Pokoknya tanggal 11 Januari atau sebulan sebelum deadline,
aku kirim naskahnya.
Awalnya udah tenang. Tapi begitu liat lagi naskahku yang di
laptop, aku langsung keringet dingin. Naskahku walau 2 halaman cuma 500-an
kata! Iiiih.. aiufouefhogdfuoagoufjk... Gimana dong?
“Kan tadi dibilangin.. Besar tulisan tangan orang itu
beda-beda. Kalau lebih dari 2 halaman asal 800 sampai 1000 kata ya, gapapa”
perkataan Papaku itu langsung bikin aku nyesel. Terus gimanaaaaaa huhuhuhuuh..
Aku nanya di Twitter soal hal ini. Dan adminnya bilang, “Ya
tergantung katanya, Mbak. Kalau dalam 2 halaman sudah 800-1000 kata, ya
silahkan”.. Astagaa.. Gimanaa niiih.. Huhuhu..
“Ya.. terserah panitianya aja” kata Papaku lagi waktu aku
dengan wajah ingin nangis ngasih tau jawaban admin Pos Indonesia. Semoga..
huhuhu.. semoga naskahku isinya cukup bagus dan bisa dimaafkan kekurangan
katanya itu.. Huhuhuhu..
Waktu aku tidur, aku mimpi buruk kalau naskahku langsung
ditolak karena kependekan. “Naskah apaan ini!? Tidak sesuai syarat.
Diskualifikasi!”.
Uuuuhuuuuuh aku stress.. Duh.. Malah di posternya enggak
ada tulisan boleh kirim lebih dari 1 atau hanya boleh kirim 1. Aku harus nanya
lagi.
Tanya di Twitter lagi, enggak dibales-bales. Duuh berarti
harus ke kantor posnya langsung.
Kebetulan, kegiatan pramukaku di Taman Lansia dan di
sebelahnya itu Kantor Pos pusat. Aku berarti bisa nanya-nanya di sana.
“Mau ke mana, dek?” baru sampai gerbang, aku langsung
dihadang pertanyaan Pak Satpam. “Mau nanya soal Lomba Menulis Surat”. Beberapa
detik setelah aku bilang begitu, dia langsung komunikasi sama temennya lewat
walky talky. Pokoknya ribet banget deh mereka. Padahal aku cuma mau nanya
bentar aja loh :v. Akhirnya, aku disuruh masuk ke kantor pelayanannya.
Sampai sana, aku disuruh baca dulu posternya. “Saya udah
baca, Pak” kataku. “Baca dulu” pokoknya aku harus baca. Yaudah deh, kubaca dan
pertanyaanku tetep enggak terjawab.
Akhirnya ada satu orang bapak yang keluar dan menemuiku. “Pak,
boleh kirim lebih 1 enggak naskahnya?” tanyaku, “Oh.. Boleh, dek” katanya.
AAAAAAH AKU LEGAA.. “Oh gitu, Pak?? Makasih ya, Pak!” dan tanpa pamit aku lari
keluar saking bahagianya.
“Udah dek nanyanya?” tanya pak Satpam yang tadi, “UDAAH
PAAK.. BOLEEH KATANYAAA.. MAKASIH PAK.. YEEEE!!” dan aku lari keluar area
Kantor Pos sambil kegirangan. “Eh? Sama.. Sama?”.. Ahahahahahah! Kayaknya dia
bingung banget deh aku kenapa :v..
Sampai rumah, dengan semangat, aku nambahin beberapa
paragraf. Ternyata, masih banyak juga idenya.. Sampai akhirnya jadi 850-an kata
dan waktu disalin jadi 2 lembar atau 4 halaman. Akhirnya..
Sekitar akhir bulan Januari atau awal Febuari, aku kirim
naskah kedua ini. Dan setelah itu.. aku lega.. Aku sudah melakukan yang
terbaik, dan tinggal menunggu hasil sambil terus berdoa.
Setiap ngelewatin Balaikota yang nanti bakal jadi tempat
acaranya, aku selalu berucap dalam hati, “Kalau aku diizinkan, aku akan ke
sana..” dan hatikupun menjadi damai karena telah menyerahkan semuanya ke pada
yang di atas.
Pokoknya, aku enggak boleh sedih kalau enggak lolos. Toh,
aku bisa nyamperin temen-temenku nanti. Mereka pasti lolos. Mereka bilang enggak ada ide, tapi aku nganggep mereka
bohong dan itu cuma akal-akalan mereka buat bikin aku lebih pede buat nulis
naskahku kali ini. Bohong kalian! Aku enggak percaya.. Pasti ada ide! Kalian
pasti lolos!! *Acung pisau*..
..okay, ini udah agak
lebay, ya...
Yap, dari pada aku tambah lebay dan geje, mending sampai
sini dulu, ya pos kali ini. Ceritanya bersambung, ya, kawan-kawan.. Hweheh..
BTW maaf ya baru ngepos setelah seminggu. Soalnya, terakhir
aku pos, virus di laptopku makin menjadi-jadi. Tapi cuma ngaruh di internet
aja. Jadi kalau connect ke wifi, langsung muncul 20 tab otomatis dan isinya ads
semua. Kadang juga download-download sesuatu sendiri. Jadi, aku agak males buat
buka internet. *Kog malah curhat*. Yaudah deh pokoknya segitu aja :v.. Daah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar