Ilmu itu bagai keping-keping puzzle yang tersebar di dunia ini. Ilmu tentunya bukan
hanya didapat di sekolah, tapi bisa didapat ketika kita membaca buku (Bahkan
buku novel sekalipun), mengobrol dengan orang lain, bahkan ketika buka
internet. Memang tahun 2015 aku enggak bisa dapat ilmu kepenulisan di kegiatan
winner camp, tapi aku mendapatkannya di tempat lain. Di sebuah acara launching
buku salah satu penulis favoritku.
Beberapa waktu setelah
pulang dari THEATRE, aku pergi ke toko buku. Saat menelusuri rak Fantasteen,
tiba-tiba aku langsung menyambar 1 buku. Padahal, sebelumnya aku paling anti
baca cerita horror termasuk Fantasteen. Apalagi setelah masuk Pos Fantasteen di
Treasure Hunt THEATRE. Tapi buku ini, mengingatkanku akan sesuatu di THEATRE.
Kamarku. Ya. Buku ini judulnya Lucid Dream.
Awalnya hanya beli untuk
dipajang aja. Tapi, temen-temen terus mendesak nyuruh aku baca ceritanya.
Akhirnya, aku buka dan kubaca.
Gila. Keren banget. Aku
baca, baca, dan baca sampai akhirnya selesai dan ketagihan. Waktu kulihat nama
penulisnya.. aku langsung ngakak karena aku enggak bisa bacanya, Ziggy
Zezsyazeoviennazabrizkie. Tapi sekarang, aku malah hafal namanya karena
kak Ziggy ini menjadi penulis Fantasteen favoritku. Yea, awal-awal aku cuma mau
beli bukunya dia. Sama kasusnya kayak Tere Liye. Dulu aku enggak mau beli novel
kecuali novelnya Tere liye. Ya.. Setia kepada sesuatunya agak aneh. Tapi
sekarang udah tobat kok.
Beberapa waktu kemudian, aku
lihat di note Facebook Fantasteen yang memberi selamat ke kak Ziggy karena kak
Ziggy menang juara 2 lomba menulis novel Dewan Kesenian Jakarta.
Sekitar bulan Agustus, kak
Ziggy mempost sesuatu di FBnya. Katanya tanggal 17 September dia launching
bukunya yang kemarin menang di DKJ dan tempat launchingnya di Trans Studio
Mall! Aku akan ngambil tiket emasku buat ketemu dia. Harus dateng!
Sabtu, 17 September 2015
Pagi-pagi aku sudah ikut Papaku ke kampusnya. Hari ini Papaku sibuk. Mahasiswanya akan latihan sidang atau semacamnya. Aku enggak terlalu ngerti mereka ngapain.
Dari tadi, aku terus berpikir
bagaimana caranya aku bisa datang ke launchingnya kak Ziggy tepat waktu.
Sementara Papa tidak bisa mengantarku ke sana. Kalau naik angkot, entah yang
mana dan aku takut sendirian naik angkot. Naik Go-Jek, kami bahkan enggak punya
aplikasinya. Tablet Papa enggak compact, hapeku bahkan enggak kuat buat sekadar akses
Play Store.
Karena sekarang masih pagi dan
acaranya masih siang nanti, hal yang kulakukan tak banyak. Baca buku Peter Pan yang tinggal dikit lagi selesai dan ber-yaah panjang saat bacaanku ini habis. Bacaanku habis, aku main Minecraft di hapeku sampai
lowbat. Yah, hanya itu.
Karena Papaku tidak bisa
mengantar, aku tak bisa naik angkot sendiri, dan tidak bisa memesan Go-Jek,
salah satu karyawan teman Papa berbaik hati mengantarku dengan mobilnya. Yeay!
Acaranya jam 2, perjalanan ke sana
sekitar setengah jam, maksimal berangkat jam setengah 2.
Jam satu aku mulai gelisah karena tak
ada tanda-tanda karyawan teman Papa akan bersiap mengantarku.
Kucoba menenangkan diri, aku takut
sampai sana acaranya sudah mulai dan aku kehilangan banyak waktu bertemu kak
Ziggy.
Jam saat aku berangkat, seingatku
sudah hampir jam 2. Kuusahakan untuk terlihat tenang, sudah untung bisa
diantar. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Setelah sampai di Trans Studio Mall
tempat launchingnya diadakan, aku turun dan lantas mengucapkan terimakasih.
Lalu lari sekencang-kencangnya ke dalam.
Dalam hati aku bergumam terus
menyebut nama tempatnya, “Gramedia Fair! Gramedia Fair!”. Yang kuingat adalah
toko Gramedia di lantai atas (Atau yang berarti aku harus lari-lari di ekskalator
seperti orang dikejar setan).
Tapi, tidak sama sekali. Lokasinya
dekat, bahkan tidak masuk ke dalam mallnya sendiri. Aku menghela nafas karena
aku tidak harus memaksa kaki-kakiku berlari lebih jauh lagi.
Hampir saja aku melewatinya. Syukur
mataku jeli. Dan.. ada sesuatu yang membuatku menoleh saat mendengar
sesuatu (Suara seseorang berbicara di mic dan suaranya mirip sekali dengan suara
tukang penjual bakso boraks yang disamarkan di acara-acara TV). Aku tercekat saat
menoleh, di sanalah kak Ziggy yang berbicara seperti itu.
Aku memasuki Gramedia Fair dengan
ragu-ragu. Melihat kak Ziggy dengan seorang MC perempuan di depan dan tersedia
kursi-kursi di depan mereka.
Hanya sedikit orang yang datang.
Sekitar 5 orang teman kak Ziggy, seorang Tante perwakilan Gramedia atau entah
apa, dan satu orang laki-laki yang tak terlalu kuperhatikan.
Aku duduk di kursi pojok kanan paling
belakang. Diam. Bengong. Seperti anak hilang yang tiba-tiba tertarik melihat
suatu acara.
Kak Ziggy sama sekali tidak seperti
bayanganku yang kalem, dengan suara berat, dan tidak suka bercanda. Sama sekali
tidak seperti itu. Rasanya ini mimpi saat pertama kali mendengar suaranya.
Terheran-heran melihatnya sambil meyakinkan itu dia.
Dirinya.. Speechless aku lihat dia.
Bukan karena excited seseorang yang
kuidolakan ada di depanku, karena bayanganku tentangnya melenceng 180 derajat.
Berbeda total.
Suaranya, seperti yang kubilang tadi,
seperti penjual bakso boraks yang suaranya disamarkan menjadi cempreng. Dari
gerakan-gerakannya, lumayan seperti cacing kepanasan.
Sungguh aku tak habis pikir tentangnya. Mungkin.. Tulisan-tulisan kak Ziggy keren itu karena.. dianya seperti itu :v..
Bahkan MC-pun begitu frustasinya
menghadapi kak Ziggy. Ya, begini lho ya, yang namanya talkshow pasti sang MC
menanyakan dan narasumbernya menjawab. Yang ini, ya ampun.. Rasanya aku agak
menyesal ada di sana.
“Ini bukunya isinya apa?” tanya Kakak
MC yang kubilang mirip Bianca Liza,
“Nggak tau..” dengan suara cempreng kak Ziggy
menjawab polos. Sengaja menghindari jawaban panjang.
“Kenapa nggak tau?”
“Takuut..” badan kak Ziggy condong ke
belakang, seakan takut sama Kakak MC.
Krik.. tapi, ya, lumayan menghibur.
Kayaknya kakak MCnya udah frustasi.. |
Kadang, aku bosan sebosan-bosannya
ada di situ. Aku menoleh ke belakang, melihat buku-buku yang didiskon (Tapi
tetap tak tertarik beli).
Oh ya, dulu kalau enggak salah aku sempet liat statusnya kak Ziggy yang kayak 'Enggak terima' kalau naskahnya itu menang di DKJ ini. Katanya sih, dia merasa belum sampai situ kemampuannya. Eh, taunya menang.
“Waktu ada lombanya, dikasih tau sama
kakak, tapi aku bilang enggak mau soalnya
merasa kemampuannya belum sampai situ. Aku ngerjain naskahnya sebulan sebelum
deadline. Aku dapet idenya dari mimpi pas bobo siang” begitulah kira-kira
penjelasannya Kak Ziggy.
Lagi-lagi aku melotot mendengarnya. Hanya sebulan untuk naskah yang kira-kira 100 halaman?? Wew..
Kakak MC yang sudah kelelahan dan
frustasi, akhirnya membuka sesi bertanya.
Aku tak mengingat banyak siapa yang
bertanya. Seorang kakak-kakak cowok yang saat mengacungkan tangan langsung
dicie-ciein sama teman-temannya yang juga teman-temannya kak Ziggy. Lalu, ada
juga yang bertanya, dari gerombolan teman kak Ziggy yang tak lebih dari 10
orang itu, seorang perempuan berkerudung. Lalu, seseorang, pria, yang duduk 2
kursi di depanku, bertanya soal bagian favorit mana yang disukai kak Ziggy di
buku itu dan minta dibacakan.
“Mhh.. Halaman 26 tentang abjad” ujar
kak Ziggy. Saat dibaca, oh, yang benar saja.
“A, be, ce, de, e, ef, ge, ha, i, je,
ka, el, em..” dan bla-bla-bla seterusnya dia membacakannya.
Oh iya, saat orang itu mengangkat
tangan, kak Ziggy melontar senyum manis dan berkata, “Itu editor saya” ujarnya. Aku ber‘Ooh’ panjang
mendengarnya.
Dengan yang hadir di sana hanyalah
tak lebih dari banyaknya jari-jariku dan yang ingin bertanya lagi sudah tidak ada,
daaaan aku menginginkan apapun yang ada di goodybag yang diberikan sebagai
hadiah untuk bertanya, akhirnya aku mengacungkan tangan.
Kak Ziggy yang awalnya wajahnya sudah
bahagia karena tidak akan ada lagi yang bertanya, segera memajang wajah ingin
nangis dan bertanya, “Kenapaaaa???” ke padaku. Aku tertawa kecil sebelum
bertanya karena melihatnya.
“Kak, beneran suaranya kaya gitu??”
sungguh, hanya hal itu yang paling aku kepoi tentangnya sejak pertama datang.
“Iya.. Suara aku emang kaya gini..
Seksi-seksi gitu” astagah.. ‘Seksi-seksi gitu’? Apa-apaan itu? *Geli-geli-geli*.
“Aku bawa bukunya kak Ziggy” ujarku
kemudian sambil merogoh 2 buku Fantasteen kak Ziggy.
“Bisa diceritakan gak kenapa kamu bisa
beli bukunya dia?” kakak MC menanyaiku. “Sebenernya dulu aku paling anti sama
buku horor, apapun yang horor. Sampai akhirnya waktu writing camp THEATRE,
kamarku tuh dinamain pake bukunya kak Ziggy yang Lucid Dream. Pas ke toko buku
nemu bukunya, aku beli aja. Sejak saat itu aku suka sama kak Ziggy” jelasku.
Kak Ziggy di seberang sana berkata, “Owh..” seperti Bintang di serial Tetangga
Masa Gitu. Hmm.. Krik?
Gara-gara itu aku disuruh maju ke
depan dan duduk di sebelah kak Ziggy.
Andai kalian bisa melihatku saat itu.
Aku tidak seperti orang lain saat bertemu idola. Aku memajang wajah aneh sambil
memandanginya dengan mulut terbuka. Aku rasa dia alien. “Kenapa? Aku cantik
yah?” ya ampuun.. cukup sudah..
Aku diwawancara soal namaku, umurku. Tapi bukan kak MC yang nanyain, tapi kakak cowok tadi yang waktu ngacungin tangan dicie-ciein. Tapi, walau spontanitas, kakak itu lumayan bakat jadi MC menurutku.
Tapi yang terpenting aku dapat goodybag.
Yeah!
Di dalamnya ada 2 pulpen Gramedia,
satu buku note, dan satu majalah.
BTW itu buku Di Tanah Lada-nya bukan dapet, ya. Aku beli :v |
Setelah itu, acara selesai 1 jam
lebih awal karena, kalian tahu, MC-nya frustasi.
Aku membeli bukunya kak Ziggy yang of
course cetakan pertama lalu di tanda tangani olehnya. Yeah-yeah-yeaaaaah!!
“Mau ditulisin apa?” tanyanya. Otakku
yang mulai konslet atas segala kejadian yang terjadi sehari ini, yang
dibombardir perasaan speechless, sudah tidak bisa memikirkan apa-apa lagi.
“Terserah deh, kak” ujarku.
“Terserah?” tanyanya. Aku mengangguk.
Lalu tangannya menandatangi bukuku yang ditulis olehnya dan secepat kilat
menutupnya. Entah dia tulis apa di bukuku.
Saat aku hendak pergi, aku akhirnya
melihat jelas wajah orang yang 2 kursi di depanku tadi. Kak Andika! Aaaah..
ketemu lagi dengan orang itu.
Kak Andika adalah orang yang
mengomentari plotku yang kubuat di THEATRE. Aku sempat bertemu dengannya di
kantor publishing DAR!Mizan sewaktu penyerahan formulir SAN atau Surat Akad
Naskah Hachimi & Hachiko.
Dia sempat bingung saat aku
mengenalinya dan dia akhirnya ingat siapa aku.
Kami mengobrol banyak, membicarakan
buku Saving Ludonya Kak Ziggy yang bagus bukan main.
Di sela-sela pembicaraanku dengan kak
Andhika, kak Ziggy yang ada di sebelah kami menoleh sambil menyipitkan matanya,
“Kalian membicarakanku di belakangku!” ujarnya mengancam yang malah.. lucu.
Aku menyebutkan beberapa teman
penulis yang kukenal termasuk kak Wheza.
Kata kak Andika, bukunya yang
berjudul Ghost Dormitory in Madrid recomended untuk dibaca. Aku mengangguk dan
akan membelinya.
Kak Wheza juga ngefans sama kak Ziggy
dan banyak terinspirasi olehnya.
Ngobrol dengan kak Dika membuatku
membuka wawasan. Karenanya, karena nasehat agar aku membaca banyak buku, aku
sekarang punya uang buku bulanan yang diterapkan sejak Oktober atau November.
Aku juga cerita kalau aku sering banget enggak menang lomba nulis. Dan jawabannya kak Andika, "Menulislah untuk kepuasan, bukan untuk diterbitkan (atau menang lomba)" kata-katanya saat itu entah mengapa, nusuk banget. Aku sadar, kalau selama ini tuh aku nulis bukan karena aku cinta buat menulis, tapi karena aku menginginkan sesuatu yang lain. Aku membuatnya enggak sepenuhnya dari hati, aku nulis karena aku ingin menang, ingin hadiahnya. Pulang dari sana, aku merenung.. Dan sejak saat aku nulis itu yang pertama aku pikirkan itu sebisa mungkin membuat diriku puas. Kalau aku bisa dapat sesuatu yang lain dari tulisanku ini, itu kayak hadiah. Jadi aku nulis untuk kepuasan, dan hal lain yang kudapat dari tulisanku itu hadiah. Jadi bukan nulis untuk hadiah.
Hal itulah yang membuatku merasa
beruntung bisa ada di sini. Mengobrol dengannya seru. Seru sekali. Dia
membagikan ilmunya, membuatku menemukan keping ilmu kepenulisanku di tahun ini. Kak Whezapun juga kena nasehatnya. Mungkin kak Ziggy
juga begitu.
Pulang dari sini, aku membuka kembali email dari kak Andika saat mengomentari plotku. Aku.. ngerasa apa, ya.. Tersadarkan.. Entahlah..
Pulang dari sini, aku membuka kembali email dari kak Andika saat mengomentari plotku. Aku.. ngerasa apa, ya.. Tersadarkan.. Entahlah..
"Menyelesaikan sebuah tulisan tidak gampang. Kadang kita kaya ide, kadang juga miskin ide. Namun penting untuk menyelesaikan tulisan bagaimanapun keadaan kita. Jika kita hanya menulis saat kaya ide, mungkin kita bisa jadi penulis yang baik, tetapi kita tidak akan menjadi novelis. Karena, pekerjaan novelis menuntut kita menulis secara rutin. Novel kitakan harus selesai, hehehe. Jadi, kita harus tetap menulis sekalipun sedang miskin ide. Ada satu hal lagi, Ailsa, tulislah ceritamu. Jangan coba-coba menceritakan apa yang bisa juga diceritakan orang lain. Berupayalah untuk segera menuliskan cerita yang hanya bisa diceritakan olehmu sendiri. Selalu ada penulis yang lebih pandai dari diri kita, tetapi hanya kamu yang paling tahu tentang dirimu sendiri. Bila kamu bersungguh-sungguh mengembangkan ide dan plot ceritamu, aku yakin novelmu akan mendapat tepat di hati pembacanya :)"
Tapi sayangnya kak Andika harus pulang. Sebelum pergi dia sempet bilang, "Tulislah yang ada di sekitarmu". Dia bilang itu 2 kali dan lalu pamit pulang. Dan akupun kembali memperhatikan kak Ziggy.
Kami hanya saling bertatapan, diam.
Canggung. Entah mengapa. Sampe akhirnya, dia nunjuk seseorang yang saat
datang membuatnya menjerit dan memeluk cowok itu. “Itu suami aku”
ujarnya. Otakku tidak merespon cepat. Tanda tanya melayang di atas kepalaku.
“Itu suami aku juga” tunjuknya jatuh di orang yang berada di sebelah laki-laki
tadi dan juga seorang laki-laki.
WHAT!?
“Ini suami aku juga” dia menunjuk perempuan berkerudung di sebelahnya sampai-sampai kakak itu berkata, “Ya Allah”..
WHAT!?
“Ini suami aku juga” dia menunjuk perempuan berkerudung di sebelahnya sampai-sampai kakak itu berkata, “Ya Allah”..
Hahaha.. Aku yang sudah mulai bosan
dan sedikit muak juga berada di situ, akhirnya memutuskan pergi. Masuk ke dalam
mall seraya mendinginkan tubuh dengan AC sebelum dijemput papa. Mengobrol
dengan kak Andika membuatku haus jadi mengharuskanku membeli minum.
Sambil minum bubble tea yang aku beli,
aku menjelajah Gramedia (Yang berhasil kudatangi tanpa perlu lari-lari) tanpa
membeli satu bukupun karena aku tak punya sepeserpun uang yang tersisa. Habis buat beli bukunya kak Ziggy sama buat beli minum.
Akhirnya, aku dijemput Papa dan mulai
membaca buku Di Tanah Lada. Saat kubuka dan kulihat tanda tangan kak Ziggy,
lengkap sudah sekantong kekonyolan yang kudapat hari ini. Dia menuliskan
“Terserah” di bawah tanda tangannya. KAK ZIGGY!!!!!!! Argh..
Bener! Nulis tuh harus beneran karena kepengen, ga bisa kalau karena kepaksa, atau pengen menang lomba =D
BalasHapusMenulislah karena kamu pengen~
Bener! Nulis tuh harus beneran karena kepengen, ga bisa kalau karena kepaksa, atau pengen menang lomba =D
BalasHapusMenulislah karena kamu pengen~
Hai aku teman nya Ziggy saat SMA apa yg kamu jelaskan diatas itu tuh DIA BANGET! Ahaha
BalasHapus" Suaranya, seperti yang kubilang tadi, seperti penjual bakso boraks yang suaranya disamarkan menjadi cempreng. Dari gerakan-gerakannya, lumayan seperti cacing kepanasan. Sungguh aku tak habis pikir tentangnya. Mungkin.. Tulisan-tulisan kak Ziggy keren itu karena.. dianya seperti itu :v "
Tapi secara keseluruhan dia orang nya luar biasa, sangat jarang ada org semacam dia.
Hai kakak Mie Instan (Teganya dikau membuatku lapaaar :"""), hahahah iya kaaak.. Kak Ziggy sebenernya keren bangeeet. Dan dialah yang membuat aku berpikiran kalau aneh itu = keren. Sebenernya aku enggak kalah aneh juga sih, tapi gara-gara terlalu sering dibully, jadinya aku meredam semua keanehan itu. Setelah ketemu kak Ziggy, aku jadi bangga bisa jadi orang aneh :"""
HapusTolong sampaikan rasa terimakasihku dan kekagumanku padanyaaaa :"""
...wahai kakak penyelamat anak kos :"